Kalimat
Laailahaillallah merupakan tapak asas dalam ajaran Islam. Jika persoalan ini
selesai, maka persoalan orang lain akan selesai pula. Kita perkatakan apakah
kehendak kalimah ini.
Ucapan
Laailahaillallah kalau dilihat di dalam kitab-kitab utama ada menamakan Kalimah Syahadah, Kalimah Tauhid, Kalimah
Toyibah ataupun Zikir Utama.
Sebab
dipanggil kalimat Laailahaillallah itu karena :
- Merupakan Kalimah Syahadah atau kalimah peryaksian, yaitu siapa yang mengucapkan Laailahaillallah dia telah mengumumkan dirinya pada orang banyak bahwa dia orang muslim atau Islam.
- Merupakan Kalimah Tauhid karena dalam kalimah itulah dibahas tentang Ke Esaan Zat Allah SWT.
- Merupakan Zikir Utama karena dalam ajaran Islam itu ada bentuk zikir yang paling utama ialah kalimah Laailahaillallah. Barangsiapa yang mau masuk Islam harus menempuh pintu gerbangnya dahulu yaitu Laailahaillallah dan tidak sah dengan zikir atau lain-lain perbuatan.
- Mengucapkan Kalimah Toyibah, kalimah yang baik karena kalau seseorang itu benar-benar mengucapnya dari hati, hati itu teguh dan dapat mencetuskan segala kebaikan kepada Allah SWT. Hati itu akan mendorong seseorang melakukan kebaikan.
Di
dalam Al Quran Allah telah bandingkan kalimah Toyyibah ini dengan sebatang pohon
yang akar tunjangnya kukuh di bumi membuat pohon itu teguh / kokoh. Ini sebagai
isyarat dari Allah terhadap orang yang kuat imannya. Begitulah jika seseorang
itu kuat imannya, bila datang ujian sebesar manapun baik ujian itu berbentuk
nikmat atau penderitaan, orang begini bila diuji makin bertambah imannya. Diuji
dengan nikmat, dia bersyukur kepada Allah. Bila diuji dengan penderitaan dia
sabar dan redha. Itulah hasil dari kalimah Laailahaillallah, lahir dari hati
seseorang.
Bagaimana
dengan hati orang yang tidak dapat merasakan kalimah ini dari hati. Bila diuji
dia akan tidak sabar. Kadang-kadang dapat durhaka dengan Allah dan menzalimi
orang lain.
Jadi,
sebatang pohon yang diibaratkan oleh Allah dengan akar tunjan yang kukuh bahkan
batangnya kuat. Begitu juga dengan dahan-dahan, ranting-ranting, daun dan
bunga, serta buahnya hingga menawan hati orang lain. Orang akan berteduh di
bawahnya dan dapat makan buahnya pula. Ini artinya orang yang mengucap
Laailahaillallah itu dari hati, dan jiwa yang sadar dan takut itu hingga dapat
membangunkan segala kebaikan. Kebaikan yang dibuat bukan saja dapat manfaat
bahkan orang lain juga dapat ikut merasakan. Itulah jalan yang sebaik-baiknya,
seperti hadits Rasulullah SAW yang artinya :
“Sebaik-baik manusia itu dapat memberi
manfaat kepada manusia lain”
Orang
yang mengucapkan kalimah Laailahaillallah itu tidak lahir dari hatinya, maka
dia tidak akan mampu mencetuskan kebaikan, bahkan orang lain tidak akan dapat
manfaat darinya.
Sebenarnya
tuntutan kalimah ini begitu banyak, sebanyak yang diminta oleh ajaran Islam.
Sebanyak yang diminta oleh Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Diantaranya :
1. Siapa
saja yang mengucapkan dua kalimah Laailahaillallah dari hatinya dia akan dapat
membangunkan Al Quran dan Sunnah dari dalam dirinya, keluarganya, masyarakat,
negara, dan alam sejagad.
Dalam
satu sejarah pernah terjadi, Rasulullah SAW bersabda yang artinya “
“Barangsiapa yang berkata
Laailahaillallah akan masuk Syurga”
Mendengar
hadits itu Para Sahabat langsung sampaikan kepada Sahabat-Sahabat yang lain.
Mereka tidak menunda-nunda untuk menyampaikannya karena mereka teringat hadits
Rasulullah yang artinya :
“Sampaikan dariKu walau satu ayat”
Seorang
Sahabat bila bertemu dengan Sayidina Umar dia langsung sampaikan hadits ini.
Tiba-tiba dia kena tampar oleh Sayidinna Umar. Sahabat tadi agak terperanjat.
Setelah mereka berfikir, siapa yang benar, siapa yang salah, akhirnya mereka
berjumpa Rasulullah. Kata Rasulullah kedua-dua Sahabat ini betul. Apa buktinya
? Sahabat tadi sampai dia yakin dengan apa yang dikatakan Rasulullah itu benar.
Pada Sayidina Umar pula, dia takut Sahabat tadi sampaikan hadits inni pada
orang yang jahil, tidak paham tuntutan kalimah itu yang menyebabkan dia tidak
buat amal lagi. Sedangkan yang lain asyik dengan zikir Laailahaillallah saja.
Sebab itu awal-awal lagi Sayidina Umar tampar Sahabat tadi.
2. Tiada Tuhan yang disembah
selain Allah.
Seluruh
sikap dan perbuatannya hendak dijadikan ibadah dan dipersembahkan kepada Allah
atau dengan kata lain hamba kepada Allah. Bukan saja pada ibadah-ibadah asas,
tetapi juga pada ibadah-ibadah sunnat, sunnat muakad, sunat ghairu muakkad dan
fadhoilul a’mal atau amalan utama. Bahkan perkara harus juga hendak dijadikan
sebagai ibadah kepada Allah.
Ia
tidak akan menjadi ibadah kalau tidak menempuh 5 syarat :
·
Niat
harus betul
·
Pekerjaan
yang dilakukan sah menurut syariat
·
Pelaksanaan
harus betul
·
Hasilnya
disalurkan ke tempat yang benar
·
Jangan
meninggalkan perkara yang asas
3. Tiada yang ditakutkan
melainkan Allah.
Siapa
yang mengucapkannya tiada lain yang dia takut melainkan Allah. Menurut
keyakinan orang mukmin, yang memberi bekas adalah Allah. selainNya tidak, walau
sebesar mapa sekalipun kuasanya. Firman Allah SWT yang artinya :
“Jangan kamu takut cercaan orang yang
mencerca” [Q.S. Al Maidah : 54]
Benarkah
kita meletakkan Allah yang kita takut, selainNya tidak ? Kalau kita nilai sikap
kita ini, banyak yang kita takut selain dari Allah. Contoh, kalau kita sedang
bekerja, tiba-tiba datang dua perintah :
Perintah
tuan
Perintah
Tuhan
Bila
masuk waktu shalat, manakah yang hendak kita dahulukan, selesaikan kerja atau
shalat ???
4. Tiada yang dicinta melainkan
Allah.
Sabda
Rasulullah SAW yang artinya :
“Tidak beriman seorang kamu sehingga dia
menjadikan Allah dan RasulNya paling dicintai dibandingkan selain daripadanya”
Jadi,
Allah dan Rasul saja yang dia cinta. Kalaupun dia cinta keluarga, anak, isteri,
harta dan sebagainya tidak sampai mengatasi cintanya kepada Allah dan Rasul.
Sejauh manakah cinta kita kepada Allah selama ini ? Bagaimana kalau tengah kita
tidur di waktu malam, tiba-tiba ayam yang kita sayang dicuri orang ? Berbanding
dengan sengaja hendak bangun tahajud di tengah malam karena tanda cinta kita
kepada Allah.
5. Tiada yang dia redho
melainkan Allah. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :
“Aku redho Allah sebagai Tuhan”
Allah
saja yang dia redho sebagai Tuhan.
Apa
tanda kita redho Allah sebagai Tuhan??? Kalau sekedar mengaku di mulut saja
kita ini redha Allah sebagai Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Orang kafir
pun mengaku juga Allah sebagai Tuhan, tetapi mereka tidak redho Allah itu
sebagai Tuhan. Firman Allah SWT yang artinya :
“Sesungguhnya jika kamu (Muhammad) tanya
kepada orang kafir itu, siapa yang menjadikan langit dan bumi, niscaya mereka
menjawab “Allah”.
Orang
yang redho dengan Allah, walau apa Allah buat padanya, dia tetap mengaku Allah
itu sebagai Tuhan walau apa yang dihajatinya tidak dapat.
6. Tiada
tempat yang dia tawakal kecuali Allah. Allah lah tenpat dia menyerah diri,
sesuai dengan ucapat Rasulullah SAW yang artinya :
“Kepada Engkau kami bertawakal”
Tawakal
itu ada 4 :
·
Tawakal
pada diri
·
Tawakal
pada harta
·
Tawakal
pada orang
·
Tawakal
pada Allah
· Tawakal
pada diri
Kita
yakin kepada diri dapat berusaha untuk beri rezeki sebab badan masih kuat. Dia
lupa Allah yang memberi kuasa, Allah yang memberi rezeki.
· Tawakal
pada harta
Dia
tidak bimbang karena sudah ada rumah sewa lima
buahl. Dia tidak bimbang dengan rezeki. Hatinya yakin pada harta, bukan pada
Allah. Inilah yang dikatakan Syirik Kahfi.
· Tawakal
pada orang
Dia
yakin selagi orang itu beri bantuan padanya, dia tidak bimbang dengan rezeki.
Sudah ada jaminan hidup diri dan keluarga.
· Tawakal
kepada Allah
Dia
tidak peduli orang bantu atau tidak, ada kerja atau tidak, dia tetap bertawakal
pada Allah, bersandar pada Allah, menyerah diri pada Allah. Dia yakinn Allah
saja yang memberi bekas. Inilah tawakal orang mukmin sejati.
7. Tidak
ada hukuman kecuali Allah. Tidak ada undang-undang kecuali undang-undang Allah.
Dia akan terima hukuman, undang-undang dari Allah saja untuk dirinya, keluarga,
masyarakat, negara dan alam sejagad.
Jadi
siapa saja yang tidak berhukum dengan hukum dari Allah, baik dirinya,
keluarganya, masyarakatnya, ekonomi, negara dan alam sejagad dan lain-lain.
Coba kita lihat firman Allah yang artinya :
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan
hukum Allah maka dia akan jatuh kafir”.[ Q.S. Al Maidah : 44 ]
Firman
Allah yang lain :
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan
hukum Allah dia akan jatuh zalim”.[ Q.S. Al Maidah : 45 ]
Firman
Allah yang lain :
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan
hukum Allah dia akan jatuh fasik”.[ Q.S. Al Maidah : 47 ]
Itu
merupakan sebagian kecil saja tuntutan kalimah. Sebenarnya ada banya, sebanyak
yang diminta ajaran Islam.
Jadi
barangsiapa yang mengucapkan Laailahaillallah, jika kita melaksanakan
tuntutannya berarti kita telah melakukan “Amru bil Ma’ruf wanahyu Anil Munkar”,
mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar. Berjuang dan berjihad
menegakkan Al Quran dan Sunnah dalam diri, keluarga, masyarakat, seterusnya
negara dan alam sejagad.