Rasulullah SAW diutus oleh Allah ke
dunia ini yang padanya diberikan agama Islam dialah yang dikatakan sebagai
pembawa rahmat kepada alam. Agama Islam yang diberikan kepada Rasulullah SAW
oleh Allah adalah untuk memimpin manusia ini, firman Allah yang maksudnya :
“Tidak Aku
utuskan engkau (ya Muhammad) melainkan untuk menjadi Rahmat kepada Alam)”
Walaupun kita dapati ayat ini
menunjukkan bahwa rahmat yang dibawa oleh Rasulullah itu adalah umum kepada
semua manusia tetapi sebenarnya adalah dikhususkan oleh Allah kepada orang
mukmin semata-mata. Orang yang diluar mukmin tidak akan mendapat rahmat bahkan
mereka lebih merasa tidak senang hati dengan Islam dan kedatangan Al Qur’an
yang disampaikan oleh Allah kepada Rasulullah SAW. Manakala kedatangan
Rasulullah yang padanya disampaikan agama Islam dan dengan agama ini Rasulullah
menyampaikannya kepada umat serta memimpin umat hingga umat ini menerima Allah
dan menerima Rasulullah, disinilah letaknya rahasia keagungan Islam dan kebesaran
Islam.
Apakah yang dikatakan dengan keagungan
Islam atau kebesaran Islam itu ? Sebelum kita memperkatakan mengenainya, disini
saya akan paparkan beberapa pendapat yang telah kita dengar dan yang pernah
disampaikan kepada umat Islam tentang apakah yang dikatakan dengan keagungan
Islam itu, dan salah satu dai pada pendapat-pendapat itu mengatakan bahwa
setelah umat ini menerima agama Islam, mereka telah didorong untuk mencari ilmu
pengetahuan dan didorong untuk berfikir hingga akhirnya lahirlah ahli-ahli
filosof dan ahli-ahli fikir dikalangan masyarakat Islam seperti Imam Ghazali
Rahimahumullahu Taala, Ibnu Rusyd, Al Farabi, Ibnu Sina, dan beribu-ribu lagi
tokoh Islam yang lain. Mereka-mereka ini telah menjadi ahli-ahli filosof dan
ahli-ahli fikir dibidang masing-masing disebabkan agama Islam itu mendorong
mereka mencari dan menyelidiki ilmu pengetahuan. Karena yang demikianlah maka
ada setengah-setengah umat Islam memberikannya sebagai sebab-sebab keagungan
Islam itu, mereka ini mengatakan bahwa kebesaran Islam itu adalah karena ia
telah melahirkan ahli-ahli fikir yang terkenal di kalangan penganut-penganutnya
karena agama Islam itu mendorong umatnya mencari ilmu dan menyelidik.
Kalaulah hanya mendorong manusia ini
untuk mencari ilmu pengetahuan serta menyelidik ilmu-ilmu di berbagai bidang
hingga menjadikan mereka ahli-ahli fikir dan ahli-ahli filosof yang terkenal,
kita rasa dengan tidak perlu didatangkan Rasulullah SAW dan juga Islam serta
dengan tidak didatangkannya Al Qur’an dan Sunnah pun manusia juga bisa pandai
dan manusia juga bisa mengkaji ilmu pengetahuan di berbagai bidang hingga
manusia bisa menjadi ahli-ahli filosof. Ini telah dibuktikan oleh sejarah
manusia. Umpamanya di kalangan bangsa Yunani telah muncul banyak ahli-ahli
filosof serta ahli-ahli fikir yang besar dan kecil seperti Aristoteles, Plato,
Socrates, dan lain-lain. Yang mana mereka ini adalah memiliki ilmu pengetahuan
di bidang masing-masing hingga mereka disanjung oleh manusia di masa itu bahkan
masih disanjung lagi pada hari ini. Dan sebagaimana yang kita ketahui, mereka
ini telah lahir ribuan tahun sebelum kedatangan Rasulullah SAW, Al Qur’an dan
Islam artinya mereka telah menjadi ahli fikir dan ahli filosof tanpa kedatangan
Rasulullah, Al Qur’an dan Islam.
Jadi kita dapati disini bahwa kalau
sekiranya Allah tidak datangkan Rasulullah dan Al Qur’an pun manusia bisa
menjadi ahli fikir yang terkenal, ini adalah karena ingin mencari ilmu
pengetahuan, ingin menyelidik dan ingin pandai, dan ingin berilmu pengetahuan
itu adalah fitrah semula jadi manusia, bukan didorong oleh Islam dan Al Qur’an.
Karena yang demikian bukanlah yang dikatakan keagungan Islam itu karena ia
mendorong manusia menjadi pandai atau menjadi ahli-ahli fikir.
Kemudian ada pula orang yang berpendapat
bahwa keagungan Islam itu adalah karena ia mendorong penganutnya menjadi ahli
seni bangunan hingga dapat membangunkan dan membina bangunan yang indah seperti
mesjid Kurtubah yang besar dan indah itu hingga jaman sekarang bisa dilihat
lagi. Kemudian terbinanya Jannatul Aris suatu taman yang pernah dibangunkan
oleh umat Islam di zaman kerajaan Islam di Spanyol. Taman
ini begitu indah dan cantik sekali hasil dari seni bangunan umat Islam,
kemudian di Spanyol juga terdapat istana Al-Hambra sebuah bangunan yang
terkenal yang juga dibina oleh masyarakat Islam. Kemudian pula terdapat lagi
satu binaan yang termasyhur hingga hari ini di India yang dinamakan Taj Mahal.
Bangunan ini dibina oleh umat Islam ketika itu yang mana bilangan pekerjanya
saja berpuluh-puluh ribu. Ia berdiri dengan indah dan gagah hingga ke hari ini.
Kalaulah hanya untuk mendorong manusia
membina dan membangunkan istana-istana indah atau bangunan-bangunan yang indah
seperti Al-Hambra, Taj Mahal dan sebagainya, kita rasa tanpa didatangkan
Rasulullah, tanpa adanya Al Qur’an dan Islam, manusia dapat juga menghasilkan
bangunan-bangunan yang indah seperti itu. Sejarah telah memaparkan kepada kita
bagaimana Romawi dan Parsi yang merupakan dua kekuatan dunia di zaman sebelum
Rasulullah SAW telah dapat melahirkan manusia-manusia yang bisa membina
bangunan-bangunan yang indah dan gagah yang masih dapat dijumpai lagi di negara
itu pada masa ini.
Di dalam Al Qur’an telah digambarkan
bagaimana kaum Aad, kaum Tsamud, kerajaan Saba di negeri Yaman, beribu tahun
sebelum Rasulullah pernah membangun kemajuan, pernah membina gedung-gedung
besar, pernah membina sistem pengairan yang besar hingga dapat menyuburkan
tanaman-tanaman mereka. Dan kaum ini tidak pernah didorong oleh Al Qur’an dan
ajaran Islam. Artinya tanpa Rasulullah, tanpa Al Qur’an dan tanpa Islam mereka
bisa membangun.
Kemudian oleh sebagian orang pula
berpendapat bahwa keagungan dan kebesaran itu karena penganut-penganutnya di
dorong hingga dapat menguasai tiga perempat muka bumi ini. Memang benar,
para-para sahabat hingga ke zaman para salafussoleh telah dapat menguasai tiga
perempat dunia ini, tetapi kalau inilah yang menyebabkan Islam itu agung dan
besar, maka kita rasa pandangan itu tidak tepat malahan pandangan ini bisa
memperkecilkan Islam itu sendiri, karena bangsa-bangsa sebelum Rasulullah lagi
seperti Romawi dan Parsi telah dapat menguasai jajahan yang begitu luas di
tanah Arab. Bangsa Cina juga pernah menguasai satu daerah jajahan yang luas.
Mereka tidak didorong oleh Rasulullah dan Al Qur’an. Bangsa Yunani juga pernah
mempunyai tanah jajahan yang luas sebelum kedatangan Rasulullah dan Islam
bahkan bangsa-bangsa Eropa dan Barat di suatu masa dahulu telah dapat menakluki
banyak negara-negara di dunia ini termasuk jugalah negara kita ini. Artinya
mereka telah dapat menakluki satu kawasan yang luas tanpa dorongan Rasulullah,
tanpa dorongan Al Qur’an dan tanpa dorongan Islam.
Sebenarnya ingin berkuasa serta ingin
membangun dan berkemajuan, juga ingin mencari ilmu pengetahuan adalah menjadi
fitrah manusia. Seperti juga manusia ini ingin makan, ingin kawin dan
sebagainya. Ia juga adalah fitrah manusia. Semua yang berbentuk fitrah manusia
tidak perlu didorong-dorong, tidak perlu diajar. Semua bangsa dan semua kaum
dapat bertindak secara otomatik dan mengikut apa saja yang dikehendaki oleh
fitrahnya. Karena itu tanpa Rasulullah, tanpa Al Qur’an dan tanpa Islam,
manusia dapat langsung bertindak untuk mencari ilmu pengetahuan, dapat
bertindak untuk membangun dan membina serta dapat langsung bertindak untuk
menguasai jajahan. Dengan demikian bukan disini letaknya keagungan dan
kebesaran Islam itu. Karena itu ketiga-tiga pendapat ini tidak bisa kita
terima.
Tetapi yang sebenarnya keagungan dan
kebesaran Islam itu ialah setelah didatangkan Rasulullah SAW, manusia dapat mengenal
Allah melalui sifat-sifat-Nya, melalui sifat Rahman-Nya serta melalui sifat
Rahim-Nya, melalui sifat Qadim-Nya dan lain-lain. Artinya setelah Rasulullah
didatangkan barulah manusia ini kenal Allah dengan sebenar-benarnya yang mana
sebelum ada Rasulullah SAW manusia ini hanya tahu adanya pencipta bumi dan
langit ini tetapi manusia tidak kenal Allah. Manusia ketika itu hanya dapat
merasakan adanya Allah tetapi tidak mengenal Allah mengikut pengertian yang
sebenarnya. Manakala manusia di ketika itu pula tidak tahu bagaimana hendak
menyembah Allah, walaupun rasa bertuhan itu ada. Jadi sebelum dibangkitkan
Rasulullah manusia ini hanya menyembah Allah mengikut cara-cara yang mereka
fikirkan tetapi tidak mengikut cara yang sebenarnya. Hanya setelah didatangkan
Al Qur’an barulah manusia ini pandai menyembah Allah.
Selain dari itu manusia ini sebelum
didatangkan Rasulullah atau sebelum adanya Islam mereka hanya tahu adanya
negara Akhirat tetapi mereka tidak kenal benar-benar dengannya. Begitu juga
manusia ini tidak kenal Syurga dan Neraka mengikut pengertian yang tepat.
Tetapi setelah datang Rasulullah dan setelah datang Al Qur’an dan Islam barulah
manusia ini mengenal negara Akhirat dan barulah manusia ini mengenal Syurga dan
Neraka dengan tepat. Ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW telah dapat
memperkenalkan kepada manusia tentang Syurga dan Neraka yang sebenar-benarnya.
Kita dapati disini bahwa kedatangan
Islam kepada umat ini menyebabkan manusia dapat benar-benar mengenal Allah SWT
dan seterusnya dapat mengenal negeri Akhirat sungguh-sungguh serta dapat pula
mengetahui tentang Syurga dan Neraka dengan tepat. Hasil daripada pengenalan
ini, maka manusia dapat melahirkan rasa takut dan hebat kepada Allah SWT serta
dapat merasa takut kepada Neraka Allah dan cinta kepada Syurga Allah. Dari
keyakinan inilah maka manusia dapat melawan hawa nafsu dan syaitan, yang mana
selama ini manusia begitu mudah digoda oleh nafsu dan syaitan itu. Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa syaitan itu adalah musuh manusia yang amat nyata
seperti mana yang diperingatkan oleh Allah melalui firman-Nya :
“Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang amat nyata bagimu”
Manakala nafsu pula senantiasa menjadi
penghasut kepada manusia supaya berbuat jahat seperti mana yang tersebut dalam firman
Allah yang artinya :
“Sesungguhnya
nafsu itu sangat mengajak manusia berbuat kejahatan”
Nyata kepada kita bahwa kedua-dua
syaitan dan hawa nafsu itu senantiasa mengajak kita supaya durhaka kepada Allah
SWT dan menghasut kita supaya jangan mempedulikan Akhirat, Syurga dan
Nerakanya. Tetapi dengan Islam yang dibawa oleh Rasulullah, maka manusia kenal
Allah dan merasa takut dan hebat kepada-Nya dan kenal pula dengan Syurga dan
Neraka, maka manusia dapat melawan hawa nafsu dan syaitan, tetapi dengan kemajuan
dan pembangunan manusia tidak dapat melawan hawa nafsu. Sebab itu semakin
membangun dan semakin majunya manusia itu semakin bertambah durhaka mereka
kepada Allah dan manusai dapat menguasai daerah dan jajahan yang luas tetapi
tidak dapat melawan syaitan dan hawa nafsu. Karena itu jugalah manusia yang
luas jajahan dan daerah taklukannya senantiasa menindas dan menzalimi. Manakala
kalau manusia ini hanya dapat memiliki ilmu pengetahuan yang banyak macam-macam
bidangnya, belum tentu lagi dia dapat melawan nafsu dan syaitan. Karena itu
kita tidak heran berapa banyak manusai yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas
tetapi masih durhaka dan mungkar kepada Allah.
Apakah hasil
daripada manusia dapat melawan hawa nafsu dan syaitan ini ?
Pada mulanya nafsu dan syaitan ini
adalah bersifat bakhil dan tamak yang kemudiannya mendorong manusia itu
bersifat bakhil dan tamak. Tetapi setelah manusia itu dapat melawan hawa nafsu
dan syaitan karena takut kepada Allah, takut kepada Neraka Allah dan rasa cinta
kepada Syurga, dia didorong untuk berkorban.
Kemudian nafsu dan syaitan pula adalah
bersifat sombong yang mengakibatkan manusia bersikap sombong. Tetapi apabila
manusia ini dapat melawan hawa nafsu ini karena dia takut kepada Allah, takut
kepada Neraka dan cinta kepada Syurga, dia dapat merendah diri kepada Allah dan
kepada sesama manusia terutamanya kepada sesama kaum muslimin.
Hawa nafsu dan syaitan juga bersifat
tidak mau mengakui kesalahan kalau manusia itu berbuat salah tetapi setelah
manusia itu berjalan melawan hawa nafsu dan syaitan dia didorong suka mengakui
kesalahan dirinya sendiri. Ini adalah karena manusia itu sudah takut kepada
Allah, takut kepada Neraka Allah dan cinta kepada Syurga.
Selain dari itu nafsu dan syaitan
bersifat tidak suka memaafkan kesalahan orang lain, tetapi apabila seseorang
itu dapat melawan hawa nafsu dan syaitan karena telah kenal dan takut kepada
Allah serta takut kepada Neraka dan cinta Syurga, dia sanggup memberi kemaafan
kepada orang yang membuat kesalahan kepada dirinya.
Begitu juga hawa nafsu dan syaitan
adalah bersikap gelisah bila berhadapan dengan kesusahan tetapi manakala
seseorang itu dapat melawan hawa nafsu dan syaitan karena takut kepada Allah,
takut kepada Neraka dan cinta kepada Syurga, maka dia dapat didorong untuk
bersifat sabar dan redha bila berhadapan dengan kesusahan dan bala bencana.
Kemudian hawa nafsu dan syaitan pula
adalah bersikap kejam dan zalim tetapi apabila seseorang itu dapat melawan
syaitan dan hawa nafsu ini dia didorong untuk bersifat belas kasihan.
Jelaslah bahwa hasil daripada manusia
dapat melawan hawa nafsu dan syaitan seseorang itu bersifat pemurah dan suka
berkorban, merenda diri kepada Allah dan manusia, sanggup mengakui kesalahan
diri sendiri, sedia memaafkan kesalahan orang, bersifat sabar dan redha, serta
bersifat belas kasihan. Inilah rahasia yang melahirkan kasih sayang di tengah
masyarakat dan inilah rahasia yang melahirkan ketenangan, kedamaian serta
keamanan di tengah kehidupan manusia.
Kasih sayang, keamanan serta kedamaian
di dalam kehidupan manusia ini tidak akan lahir kalau manusia tidak takut
kepada Allah, tidak takut kepada Neraka Allah dan tidak cinta kepada Syurga
Allah. Manusia ini akan bersifat tamak dan rakus, tidak sabar dengan
ujian-ujian hidup dan bersifat sombong dan kejam dan sebagainya.
Akhirnya timbullah perkelahian,
pergeseran dan pertentangan di tengah masyarakat yang menyebabkan tidak ada
kedamaian dan ketenangan dalam kehidupan manusia. Ini akan terjadi walaupun
manusia itu maju dan membangun, walaupun manusia itu mempunyai kuasa dan
jajahan dan daerah taklukan yang luas dan walaupun manusia itu mempunyai ilmu
pengetahuan yang tinggi.
Jadi yang mampu melahirkan keamanan dan
kedamaian ditengah kehidupan ialah manusia yang dapat melawan hawa nafsu dan
syaitan hingga menyebabkan manusia itu memiliki sifat ingin berkorban, sabar
dan redha, bersifat pemaaf dan berkasih sayang dan sebagainya. Ini adalah hasil
dari manusia itu takut kepada Allah, takut kepada Neraka dan cintakan Syurga
Allah. Ini adalah hasil terjadi di zaman Rasulullah, di zaman para sahabat,
para-para tabiin dan para salafussoleh dan ia tidak terjadi di zaman kita dan
di kalangan masyarakat Islam kita hari ini sebab kita tidak mengikuti ajaran
Islam itu sungguh-sungguh.
Tetapi sejarah telah membuktikan kepada
kita bagaimana orang-orang kaya di zaman Rasulullah karena dia takut kepada
Allah, takut kepada Neraka Allah dan cintakan Syurga Allah, dia sanggup menjadi
bank kepada masyarakat Islam. Artinya orang-orang kaya di zaman itu sanggup
mengorbankan harta dan uang mereka untuk memajukan masyarakat Islam. Umpamanya
Sayidina Abu Bakar dan Sayidina Umar, Sayidina Abdurrahman bin Auf, Sayidina
Utsman, mereka semuanya telah mengorbankan harta-harta kekayaan mereka untuk
membangunkan masyarakat Islam, membantu membangunkan kehidupan dan mengatasi
kemiskinan serta penindasan kaum Yahudi. Akhirnya masyarakat Islam ketika itu
dapat membangun dan mencapai kemajan tanpa bersandar kepada orang kafir. Adakah
Sayidina Abu Bakar dan Sayidina Umar, Sayidina Abdurrahman bin Auf, Sayidina
Utsman berbuat pengorbanan karena mereka membangun atau karena mereka banyak
ilmu pengetahuan dan sebagainya. Jawabnya, tidak! Mereka-mereka ini berkorban
karena mereka takut kepada Allah, takut dengan Neraka Allah dan cinta Syurga
Allah. Bukankah sebelum itu mereka adalah kaya-kaya belaka tetapi mereka tidak
berkorban karena mereka menjadi orang yang bakhil dan tamak ketika itu. Mereka
menjadi orang yang pemurah hanya setelah mereka menerima Islam dan Rasulullah.
Kemudian sejarah juga telah membuktikan
bagaimana orang-orang yang susah dan menderita di zaman Rasulullah dapat
berlaku sabar dan redha dengan kesusahan dan penderitaan setelah mereka
menerima ajaran Islam dan setelah mereka takut dengan Allah, takut dengan
Neraka Allah dan cinta kepada Syurga Allah. Mereka ini tidak pernah mengeluh.
Mereka tidak pernah merasa kecewa dengan penderitaan hingga dipuji oleh Allah
SWT di dalam Al Qur’an yang artinya :
“Orang yang
tidak tahu menyangka mereka itu adalah orang-orang yang kaya karena mereka
memelihara diri dari meminta-minta”
Kemudian kita juga dapat mengetahui dari
sejarah bagaimana Sayidatina Fatimah binti Rasulullah senantiasa ditimpa dengan
ujian-ujian hidup. Waktu kecilnya lagi ibunya Sayidatina Khadijah telah
meninggal dunia dan hiduplah dia bersama Rasulullah yang serba miskin. Kemudian
apabila dewasa, dia nikah pula dengan seorang yang serba miskin yaitu Sayidina
Ali. Bertambah menderitalah hidup Sayidatina Fatimah. Yang membuatnya lebih
menderita, ialah karena Sayidina Ali sering meninggalkannya seorang diri karena
Sayidina Alil pendakwah atau pejuang. Apabila ia keluar rumah berminggu-minggu
baru balik. Maklumlah perjalanan di ketika itu adalah amat sukar. Dan pada
waktu Sayidatina Fatimah tinggal seorang diri, dialah yang terpaksa
menyelenggarakan urusan rumahnya seperti mengambil air di perigi yang jauhnya
sekitar empat kilo dari rumah. Dia terpaksa berjalan kaki di tengah-tengah
padang pasir yang panas terik di waktu siang dan terlalu sejuk di malam hari.
Kemudian perigi itu adalah sedalam lebih 20 hasta yang diambil dengan
menggunakan timba. Hampir setiap hari Sayidatina Fatimah membuat kerja ini.
Demikian digambarkan tentang kehidupan
Sayidatina Fatimah tetapi dia tidak pernah mengeluh tentang kesusahannya. Ini
adalah karena dia takut kepada Allah, takut kepada Neraka Allah dan cinta
kepada Syurga Allah. Karena itu dia senantiasa sabar dan redha dengan
penderitaan yang menimpa.
Kalau seseorang sudah takut kepada Allah
dan takut kepada Neraka Allah serta cinta kepada Syurga Allah, sepertimana yang
dicontohkan oleh Sayidatina Fatimah binti Rasulullah, inilah yang dikatakan
keagungan dan kebesaran Islam itu. Dengan rasa takut kepada Allah, takut kepada
Neraka Allah, cinta dengan Syurga Allah ini maka manusia dapat melawan hawa nafsu
dan syaitan hingga dapat melahirkan ketenangan hidup yang mana terhapus segala
kekacauan, pertengkaran, pertentangan, peperangan. Ini telah dapat diciptakan
oleh umat Islam di zaman yang lampau dengan demikian keagungan Islam itu bukan
terletak pada banyaknya ahli fikir, bukan terletak pada pembangunan dan
kemajuannya dan bukan terletak pada kuasa dan luas jajahan pemerintahannya.
Dan manakala saya katakan bahwa
keagungan Islam itu bukan terletak pada banyak ahli fikirnya atau pada
pembangunannya atau pada daerah yang luas, jangan pula dikatakan bahwa saya
mengatakan supaya jangan membangun, jangan mencari ilmu pengetahuan, jangan
belajar dan jangan maju. Sebab sebagaimana yang telah saya katakan tadi bahwa
ingin berilmu pengetahuan, ingin menjadi pandai, ingin membangun, ingin maju
dan ingin menakluki daerah yang luas dan berkuasa adalah fitrah manusia, baik
dia Islam ataupun kafir. Jadi ajaran Islam ini tidak menyekat dan menghalang
kemauan manusia. Islam tidak menghalang manusia mencari ilmu pengetahuan dan
Islam tidak menghalang manusia maju dan membangun. Cuma Islam menyediakan
peraturan-peraturannya sjaa agar dapat dijamin keselamatan umat agar jangan
timbul kekacauan, agar jangan melanggar hak asasi manusia lain dan agar tidak
timbul hasad dengki dan perkelahian dan agar jangan sampai merusak akhlak. Apa
saja yang diinginkan oleh fitrah manusia, lakukanlah tetapi mesti diatur
mengikut garis-garis yang telah ditetapkan oleh Islam.
Untuk itu, apa saja yang hendak
dilakukan itu, ia mesti menempuh lima
syarat. Karena itu, fitrah ingin maju maka laksanakan kemajuan tetapi pertama,
niat mesti betul dan mengikut syariat, kedua pelaksanaannya betul mengikut
syariat, ketiga perkara yang hendak dibuat itu juga adalah betul mengikut
syariat Islam. Hasil dari usaha itu juga mesti betul dan kelima ketika
menjalankan usaha itu jangan meninggalkan perkara asas yaitu kewajiban yang
terkandung dalam rukun Islam yang lima
dan rukun Iman yang enam. Begitu juga dengan fitrah manusia yang ingin mencari
ilmu pengetahuan. Belajarlah dan tuntutlah ilmu tetapi niat mencari ilmu itu
mesti betul, pelaksanaannya mesti betul menurut syariat, perkara yang
dipelajari itu sah menurut syariat, hasil dari menuntut ilmu itu betul dan
selama mencataat ilmu itu kita tidak meninggalkan perkara asas seperti tidak
meninggalkan shalat, puasa, dan sebagainya. Dan karena fitrah kita ingin
menguasai daerah yang luas, maka kuasailah walaupun dunia ini sekalipun yang
hendak dikuasai, tetapi mesti menempuh lima
syarat yang kita sebutkan tadi, supaya kita berkuasa itu tidak meninggalkan
huru-hara orang lain, supaya tidak menimbulkan hasad dengki dan supaya jangan
melanggar hak asasi manusia lain.
Jadi Islam hanya mengatur supaya manusia
ini mendapat keselamatan mengikut lima syarat yang telah dibentangkan tadi,
maka Allah akan nilai ia sebagai ibadah yang mana di Akhirat begitu cantik
sekali, kalau kita faham benar-benar apa yang kita kaji itu dan kemudian kita
amalkan sungguh-sungguh. Karena apa saja yang kita buat akan mendatangkan dua
faedah. Apa yang kita buat itu merupakan kemajuan di dunia yang mendapat
faedahnya dan itu jugalah kemajuan kita di Akhirat. Ini adalah karena apa yang
kita buat adalah menjadi ibadah mengikut syariat Islam, kalau ia menempuh lima syarat ibadah.
Inilah keagungan dan kebesaran Islam,
yaitu setelah datang Rasulullah SAW dan menanamkan iman kepada manusia, maka
timbul rasa segan kepada Allah, takut dengan Neraka Allah dan cinta dengan
Syurga Allah. Dengan ini pula manusia dapat melawan hawa nafsunya dan syaitan
yang mana senantiasa mengajak manusia berbuat kejahatan. Dan manusia yang dapat
melawan hawa nafsu ini dapat melahirkan kedamaian, keamanan, serta kasih sayang
ditengah-tengah kehidupan manusia.
Sebaliknya manusia yang tidak takut
kepada Allah, tidak segan dengan Neraka Allah dan tidak pula cinta kepada
Syurga Allah, makin dia maju makin dia menjadi orang jahat, makin banyak
ilmunya makin dia menjadi orang yang jahat, dan makin luas daerah jajahan dan
taklukannya makin dia menjadi orang jahat. Akhirnya lahirlah kemungkaran di
tengah masyarakat, penindasan dan penzaliman yang akibatnya tidak ada lagi
kedamaian dan keamanan di tengah masyarakat manusia, berlakulah perkelahian,
pembunuhan dan peperangan yang tidak ubah seperti kehidupan di Neraka. Ini yang
dikatakan Neraka dunia sebelum Neraka Akhirat. Firman Allah yang artinya :
“Lahirlah
kerusakan di daratan dan di lautan adalah akibat ulah tangan manusia”