Dalam perbincangan yang lalu dengan izin
Allah kita telah membicarakan tentang hati (roh) dan nafsu serta bagaimana
susahnya melawan nafsu (mujahadatunnafsi) sehingga kita selalu gagal
menghadapinya. Artinya, kita senantiasa berada dalam dosa. Dosa-dosa itulah
yang menjadi hijab antara hamba dengan Allah SWT dan karenanya juga llah
memandang hamba-Nya itu dengan penuh benci dan murka. Sehingga terhijab seluruh
rahmat dan kasih sayang-Nya.
Kapan ini terjadi, apa saja amal ibadah
yang kita buat Allah tidak pandang dan tidak terima. Yakni pahalanya tergantung
atau tidak sampai kepada Allah. Bukan itu saja, bahkan di Akhirat nanti, Allah
akan hukum dengan Neraka yang maha dahsyat. Oleh itu wajib setiap hamba Allah
itu bertaubat dengan segera terutamanya apabila melakukan dosa dan kesalaham
Taubat artinya kembali merujuk kepada
Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang serta menyerah diri (surrender)
kepada-Nya. Maka orang yang bertaubat ini ialah orang yang datang kepada Allah
yang sifatnya Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menyerah diri
(surrender) pada-Nya dengan hati penuh penyesalan yang sungguh-sungguh. Yakni
kesal, sedih, dukacita serta rasa tak patut di atas dosa-dosa yang dilakukan
sehingga menangis mengeluarkan air mata. Hati terasa remuk-redam bila
memgingati dosa-dosa yang dilakukan itu. Merayu moga-moga Allah sudi mengambil
perhatian. Merintih moga-moga Allah mendengar. Memohon agar Allah yang Maha
Pengampun akan mengampuninya. Meminta agar Allah memandang dan memberi dengan
penuh kasih sayang. Hati remuk-redam itu menjadikan anggota-anggota lahir
(mata, telinga, kepala, kaki, tangan, kemaluan) tunduk dan patuh kepada syariat
yang Allah tetapkan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan-perbuatan
durhaka itu.
Itulah pengertian taubat. Tidak seperti
setengah-setengah orang memahami pengertian taubat selama ini. Kata mereka,
cukup dengan mengucapkan istighfar di mulut saja tanpa hati merasa bersalah dan
berdosa. Oleh karena itu tidak semudah itu pula Allah menerima taubat
hamba-hambaNya, kecuali setelah menempuh syarat-syarat (proses) yang telah
ditetapkan-Nya.
Syarat-syarat taubat dapat dibagi
menjadi dua, seperti dosa dan pahala terbagi kepada dua. Yaitu syarat taubat
diatas dosa dan kesalahan kepada Allah dan juga dosa dan kesalahan kepada
sesama manusia. Antara syarat-syarat taubat yang berhubungan dengan Allah ialah
:
Pertama:
Menyesal sungguh-sungguh di atas
dosa-dosa yang telah dilakukannya. Yakni terasa kesal, sedih, dukacita, rasa
tidak sepatutnya melanggar syariat Allah. Sekaligus datang perasaan menyerah
diri pada-Nya.
Kedua:
Berazam sungguh-sungguh tidak akan
mengulangi lagi perkara-perkara yang menjadi larangan Allah itu.
Ketiga:
Meninggalkan perkara-perkara yang
mendatangkan dosa kepada Allah baik dosa besar maupun dosa kecil.
- Diantaranya contoh dosa-dosa besar ialah meninggalkan shalat, tidak puasa, meramal nasib, minum arak, zina, judi, sogok, riba, memfitnah, mengumpat, membunuh dan lain-lain lagi.
- Diantara dosa-dosa kecil ialah membuka aurat, bergaul bebas antara lelaki dan perempuan, melihat aurat yang bukan muhrim, mendengar nyanyian yang menaikkan nafsu syahwat, bercakap-cakap yang cabul, bergurau berlebih-lebihan, membazir dan lain-lain lagi.
Oleh karena itu kalaulah selama ini ia
terlibat dengan perbuatan yang haram (seperti riba, minum arak, dll) maka dia
tidak akan buat lagi atau terus meninggalkan perbuatan tersebut. Juga kalau ia
terlibat dengan dosa meninggalkan perkara-perkara wajib (seperti tinggal shalat
dan tinggal puasa), maka ia takkan meninggalkannya lagi. Artinya ia terus
melaksanakan perkara-perkara yang wajib dengan bersungguh-sungguh dan membayar
(qada’) segala perintah wajib yang tertinggal itu.
Sekiranya seseorang itu berbuat dosa dan
kesalahan yang ada hubungan sesama manusia, antara syarat-syarat taubt yang
harus ditempuhnya ialah :
Pertama:
Menyesal sungguh-sungguh di atas segala
kesalahan atau kejahatan yang dibuatnya yang ada hubungan dengan orang lain
itu. Rasa sedih, dukacita dan rasa tidak patut dia berbuat begitu, benar-benar
terasa di hatinya.
Kedua:
Berniat sungguh-sungguh meninggalkan
(atau tidak mengulangi) perkara-perkara yang mendatangkan dosa yang ada
hubungan dengan manusia.
Ketiga:
Meninggalkan semua perkara-perkara yang
mendatangkan dosa kepada manusia.
Keempat:
Meminta maaf atau minta redha (halal) di
atas dosa-dosa dengan manusia (orang yang bersangkutan) atau membayar gantirugi
atau memulangkan barang yang telah diambil itu. Dosa-dosa sesama manusia ini
kalau hendak kita sebutkan terlalu banyak. Secara ringkasnya, ia dapat
dibagikan menjadi empat kategori, yaitu:
- Dosa yang ada hubungan dengan harta seperti htang yang tidak dibayar, harta yang dicuri, dirampas, ditipu, dibinasakan dan lain-lain lagi. Ini semua harus minta dihalalkan atau harus minta maaf kepada orang yang bersangkutan, atau harus dibayar hutang tersebut, atau harus dibayar berupa gatiruginya dan seumpamanya.
- Dosa yang ada dengan hubungan pribadi, seperti memukul, menempeleng, menyubit, merotan, mendera seperti push up, mengikat dirinya, merantai, menyiksa dengan benda-benda tajam atau binatang bisa, mencacatkan anggota atau memotong anggotanya, mengurung atau memenjarakan dan lain-lain. Dosa-dosa ini semuanya harus ditebus dengan meminta maaf kepada orang yang berkenaan. Atau menerima hukuman mengikut ketentuan dari syariat, sekiranya orang itu meminta dikenakan hukuman diatas perbuatan kita itu.
- Dosa yang ada hubungan dengan kehormatan atau agamanya. Seperti memberi malu di kalangan khalayak ramai, mengumpat dirinya, menghina dia, menuduh dia dengan tuduhan-tuduhan yang tidak benar, fitnah dan lain-lain kesalaahn. Ini semua harus ditebus dengan minta maaf atau minta redha.
- Dosa yang ada hubungan dengan keluarganya, seperti pernah memegang-megang, meraba-raba, mencium-cium anak gadisnya atau menzinai anggota keluarganya atau membunuh ahli keluarganya dan lain-lain. Maka hendaklah minta maaf dan minta redha dari keluarganya. Kalau mereka tidak redha atau tidak memaafkan, maka mesti sanggup untuk diapa-apakan saja oleh pihak keluarganya itu. Misalnya, apakah dipukul, ditempeleng, dan sebagainya, mengikut yang ditentukan oleh syariat seperti yang disahkan oleh mahkamah.
Disini dapat kita lihat, bahwa bertaubat
atas dosa kepada sesama manusia lebih berat daripada dosa kepada Allah. Ia
harus menempuh empat syarat tetapi dosa kepada Allah hanya cukup menempuh tiga
syarat saja. Jadi semua tuntutan syariat ini harus dibuat mengikut
kaedah-kaedah tadi barulah taubat itu diterima Allah. Sungguhpun begitu bukan
mudah untuk menunaikan syarat-syarat ini melainkan setelah memiliki hati yang
benar-benar ikhlas dan surrender (menyerah sebulat hati) pada-Nnya. Kalau tidak
dapat menunaikan syarat-syarat ini, tetap juga taubat itu tidak diterima. Orang
yang egonya tinggi amat berat untuk bertaubat. Lebih-lebih lagi dosa yang
dilakukan itu kepada sesama manusia.
Begitulah kasih sayang Allah kepada
hamba-hamba-Nya kalau mereka membuat dosa-dosa, masih ada peluang bertaubat
untuk mendapatkan keampunan dari Allah dengan menempuh syarat-syarat yang telah
disebutkan. Kecuali dosa-dosa syirik, yang tidak dapat keampunan dari Allah. Ia
telah dinyatakan-Nya di dalam firman-Nya yang maksudnya :
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa syirik tetapi mengampuni selain itu”
Maknanya selain syirik, orang-orang yang
bertaubat daripada dosa-dosanya akan diampunkan oleh Allah. Apabila diampunkan,
maka samalah ia seperti orang yang tidak berdosa. Sabda Rasulullah SAW yang
maksudnya :
“Orang yang
bertaubat daripada dosa maka sepertilah orang yang tidak berdosa”
Allah juga memberitahu kita dalam
firman-firman-Nya yang maksudnya :
“Maka
barangsiapa yang bertaubat, sesudah melakukan kejahatan itu dan membaiki diri,
maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Setelah Allah memberitahu, Dia juga
bertanya kepada kita, Maksudnya :
“Tidakkah kamu
tahu, sesungguhnya Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, disiksanya
siapa yang dikehendaki-Nya dan diampuni-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” [Surat 5 ayat 39 & 40]
Allah berfirman lagi, maksudnya :
“Dan barang
siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri kemudian dia
memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” [Surat An Nisa : 110]
Berdasarkan hadis-hadis dan ayat-ayat Al
Qur’an tadi dapat dipahami bahwa wajib setiap orang Islam itu bertaubat
daripada dosa-dosanya. Supaya tidak menjadi hijab antara dia dengan Allah SWT.
Setelah bersih daripada dosa, hijab pun terangkat. Terhubunglah kembali kasih
Allah yang terputus selama ini. Dia memandang hamba-Nya itu dengan pandangan
penuh kasih sayang sehingga rahmat-Nya melimpah ruah. Justru itu hiduplah si
hamba yang bertaubat itu dengan penuh bahagia di dunia dan mendapat balasan Syurga
di Akhirat.
Demikianlah jika sebaliknya terjadi.
Kalau hamba itu tidak bertaubat daripada dosa-dosanya, artinya dia senantiasa
berada dalam keadaan dosa. Maka terhijablah dia dengan Allah SWT. Hubungannya
dengan Allah terputus. Di waktu itu Allah memandangnya dengan penuh kebencian
dan kemurkaan. Rahmat dan kasih sayang Allah terputus. Sehingga seluruh pahala
amal ibadahnya tergantung. Di Akhirat nanti Allah siksa lebih dahulu dengan
azab yang amat pedih.
Sebab itu Allah minta dan membujuk
hamba-hamba-Nya supaya segera bertaubat. Firman-Nya yang artinya:
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhan-Mu dan kepada Syurga yang luasnya seluas
langit dan bumi…” [Surat Ali Imran : 133-136]
Berdasarkan ayat ini Allah meminta kita
segera bertaubat. Yakni membersihkan diri dari dosa, dengan menyerah diri
sepenuh hati pada Allah, sebelum kedatangan mati atau sebelum bertemu
dengan-Nya karena mati itu tidak tahu kapan waktunya. Boleh jadi mendadak
datang tiba-tiba. Setelah bertaubat, Allah menyuruh kita segera mengejar
Syurga. Yakni dengan cara melakukan alam soleh atau amal kebaikan seperti
berjuang, berkhidmat kepada masyarakat, bersedekah, menahan marah, memaafkan
kesalahan orang dan sebagainya.
Orang yang tidak bertaubat artinya orang
yang berdosa. Jika dalam waktu yang sama ia beribadah atau menghadap Allah,
perbandingannya sama dengan seorang rakyat datang menghadap raja. Seorang yang
terlibat dengan dosa-dosa besar seperti seorang rakyat yang mau bertemu raja,
sedangkan seluruh badan dan pakaiannya penuh dengan najis kotoran anjing yang
sangat busuk dan sangat menjijikkan. Najis kotoran anjing itu kan najis
mughallazah, yakni najis yang amat berat. Jadi bukan saja tidak dapat bertemu
dengan raja, bahkan waktu di pagar istana lagi dia sudah ditangkap dan dihukum
penjara oleh pengawal-pengawal istana, dianggap mengotori majlis istana.
Adapun orang yang melakukan dosa-dosa
kecil seperti seorang rakyat yang mau bertemu dengan raja tapi badan dan
pakaiannya penuh dengan najis kotoran ayam atau kotoran kucing atau kotoran
lembu yang sangat dibenci oleh orang. Seperti nasib orang tadi juga, belum
sempat bertemu dengan raja, di pagar istana lagi sudah ditangkap dan dihukum
penjara. Cuma hukumannya mungkin agak ringan sedikit dibandingkan dengan orang
yang pertama tadi.
Demikianlah juga terjadi dengan orang
yang melakukan perbuatan-perbuatan makruh. Orang ini seperti orang yang badan
dan pakaiannya penuh dengan lumpur atau debu-debu dan abu atau peluh yang busuk
dan berbau hapak tapi bukan bernajis. Tiba-tiba mau menghadap raja. Mungkin dia
tidak dihalang untuk ke majelis raja tapi akan dimarahi dan ditempeleng oleh
pengawal raja dianggap tidak bersopan. Walaupun tidak ditangkap dan dipenjara
tapi akan diberi malu juga dimarahi.
Oleh karena itu untuk bertemu raja harus
ada syarat-syaratnya yang harus dijaga supaya senantiasa berdisiplin yaitu
kemas, bersih, rapi dan tahu adab-adab menghadap raja. Kalau tidak, di luar
istana lagi dihalau, tidak diterima masuk menghadap dan ditangkap untuk
dipenjarakan. Demikianlah juga dengan orang-orang yang melakukan kesalahan,
apakah dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil, kalau tidak bertaubat, di
Akhirat dia tidak berpeluang melihat zat Allah yang Maha Indah. Sebaliknya,
tempatnya adalah Neraka yang amat pedih dan amat dahsyatnya. Yang melakukan
perbuatan makruh kalau tidak bertaubat walaupun tidak diazab dengan siksaan
Neraka tapi Allah memandang dengan penuh benci. Dia dimarahi, dihardik dan
diberi malu di depan makhluk-makhluk lain. Sehingga malu yang dirasakan pada
kita waktu itu tidak terhingga dan terkata. Sehingga cair dan gugurlah segala
daging-daging berjatuhan dari urat-urat dan kulit-kulit daging dan akhirnya
tinggallah rangka-rangka yang sangat buruk dan mengerikan. Begitulah
penanggungan malu yang dirasakan waktu itu.
Itu baru azab malu sudah tidak mampu
ditanggung oleh kita. Hanya baru terlihat perbuatan makruh, yang Allah sudah
benci. Gambarkanlah siksaan yang akan ditanggung kalau melakukan dosa-dosa
besar dan dosa-dosa kecil. Sudah tentu sangat pedih azab dan siksanya. Oleh
karena itu marilah kita sama-sama bertaubat dari segala dosa-dosa. Baik
dosa-dosa besar, dosa-dosa kecil dan perbuatan yang dibenci yaitu makruh.
Moga-moga kita menjadi orang yang bertaubat dan taubat kita diterima oleh
Allah.